Edisi QR 1

Tema : Menjaga Iman Menuju Akhir Zaman

Halaman Beranda

بسم الله الرحمن الرحيم

Jadikan Usiamu berkah

Manusia memiliki fithrah mencintai harta dan menyukai umur yang panjang, bahkan semakin usia bertambah kedua hal tersebut semakin bertambah besar, sebagaimana sabda Nabi ﷺ bersabda,

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكْبَرُ ابْنُ آدَمَ وَيَكْبَرُ مَعَهُ اثْنَانِ حُبُّ الْمَالِ وَطُولُ الْعُمُرِ.

“Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Anak Adam akan semakin tumbuh dewasa dan semakin besar pula bersamanya dua perkara, yaitu: cinta harta dan panjang umur.

(HR. Bukhari no. 5942)

Umur yang berkah bukan sekadar kesempatan hidup yang lama. Namun waktu demi waktu yang dipadati dengan manfaat dan amal kebaikan. Oleh sebab itu, sebaik-baik usia manusia adalah jika ia dikaruniai umur yang panjang, sedangkan umurnya itu digunakan untuk melakukan amal kebaikan.

Abdullah bin Busr meriwayatkan bahwa ada seorang Arab Badui berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia?” Beliau menjawab yang artinya: “Siapa yang paling panjang umurnya dan baik amalannya.” Sebagaimana hadits nabi ﷺ,

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ.

“dari Abdurrahman bin Abu Bakrah dari ayahnya, seseorang bertanya: siapa orang terbaik itu? Rasulullah ﷺ menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” Ia bertanya: Lalu siapa orang yang terburuk itu? Rasulullah ﷺ menjawab, “Orang yang panjang umurnya tapi buruk amalnya.”(HR. Tirmidzi no. 2252, Ahmad no. 17020)

Namun bila seseorang menghendaki umur yang panjang, lalu umurnya itu dipergunakan untuk sesuatu yang tidak baik, maka jadilah ia seburuk-buruk manusia.

Rasulullah mengingatkan, yang artinya: “Dan seburuk-buruk manusia adalah yang panjang umurnya, tetapi buruk amalnya.” (HR. Tirmidzi no. 2252)

 

Klik Gambar di bawah ini :

Hadist I

Kemiskinan

 Hadist 2

4 Hal yang Mesti Dihindari

Hadist 3

Pahala Sabar

Hadist 4

Menarik Perhatian

Hadist 5

Malu dan Iman

Hadist 6

Nasehat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam

Menuntut Ilmu

Rasulullah ﷺ bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 220)

“Menuntut ilmu adalah bagian dari jihad di jalan Allah, karena agama inı bisa terjaga dengan dua hal, yaitu dengan ilmu dan berperang (berjihad) dengan senjata,” demikian Syeikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin berkata.

Jika perang melawan orang kafir itu jihad, maka sebelum berangkat berperang mereka harus terlebih dulu memiliki ilmu. Tidaklah bisa seseorang berjihad, mengangkat senjata, mengatur strategi, membagi ghanimah (harta rampasan perang), menawan tahanan, melainkan harus dengan ilmu.

Jadi, menuntut ilmu adalah bagian dari jihad. Menuntut ilmu dan mempelajari Islam dihukumi wajib. Jika ada perintah untuk berjihad di jalan Allah, maka jihad tersebut merupakan semulia-mulianya amalan. Namun menuntut ilmu itu juga diwajibkan. Bahkan, menuntut ilmu lebih didahulukan daripada jihad. Karena menuntut ilmu itu wajib, sedangkan jihad bisa jadi dianjurkan, bisa pula fardhu kifayah.

Berjihad dengan belajar dan mengajarkan Al-Qur’an, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَوْ شِئْنَا لَبَـعَثْنَا فِيْ كُلِّ قَرْيَةٍ نَّذِيْرًا.(٥١) فَلَا تُطِعِ الْكٰفِرِيْنَ وَ جَاهِدْهُمْ بِهٖ جِهَا دًا كَبِيْرًا.(٥٢)

Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami utus seorang pemberi peringatan pada setiap negeri. Maka janganlah engkau taati orang-orang kafir, dan berjuanglah terhadap mereka dengannya (Al-Qur’an) dengan (semangat) perjuangan yang besar.”
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 51 – 52)

Menurut Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad, ini tergolong dalam surat Makkiyyah (turun sebelum Nabi berhijrah). Ayat ini berisi perintah berjihad melawan orang kafir dengan hujjah dan bayan (dengan memberi penjelasan atau ilmu, karena saat itu kaum Muslim belum punya kekuatan berjihad dengan senjata). Bahkan, berjihad melawan orang munafik itu lebih berat dibanding berjihad melawan orang kafir. Jihad dengan ilmu inilah jihadnya orang-orang yang khusus dari umat ini yang menjadi pewaris para Rasul.

Rasulullah ﷺ bersabda,

قَالَ كُنْتُ جَالِسًا مَعَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنِّي جِئْتُكَ مِنْ مَدِينَةِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا جِئْتُ لِحَاجَةٍ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ.

Aku pernah duduk bersama Abu Ad Darda’ di masjid Damaskus. Kemudian datanglah seseorang kepadanya seraya berkata, “Wahai Abu Ad Darda’, sesungguhnya aku datang kepadamu dari kota Rasulullah ﷺ karena sebuah hadis yang telah sampai kepadaku bahwa engkau pernah meriwayatkannya dari Rasulullah ﷺ. Dan tidaklah aku datang melainkan untuk itu.” Abu Ad Darda’ lalu berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudah untuknya jalan menuju surga. Sesungguhnya para Malaikat merendahkan sayap-sayapnya sebagai keridhaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang ada di dasar laut. Keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama terhadap seluruh bintang-bintang. Orang-orang berilmu adalah ahli waris para Nabi. Dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, namun yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Barang siapa yang menuntutnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.”(HR. Abu Daud no. 3157, Tirmidzi no.2570, Ibnu Majah no. 219)

Rasulullah ﷺ bersabda,

أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلَا إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ.

Abu Hurairah berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Ketahuilah bahwasanya dunia itu terlaknat beserta seisinya, kecuali zikir kepada Allah dan apapun yang berkaitan dengannya, juga orang yang berilmu atau seorang penuntut ilmu.”(HR. Tirmidzi no.  2244, Ibnu Majah no. 4102)

Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ.

“dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: ” Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim no. 4867)

Disebutkan juga dalam hadis bahwa menuntut ilmu adalah bagian dari jihad. Sebagaiman hadits nabi ﷺ,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ جَاءَ مَسْجِدِي هَذَا لَمْ يَأْتِهِ إِلَّا لِخَيْرٍ يَتَعَلَّمُهُ أَوْ يُعَلِّمُهُ فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَنْ جَاءَ لِغَيْرِ ذَلِكَ فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الرَّجُلِ يَنْظُرُ إِلَى مَتَاعِ غَيْرِهِ.

Dari Abu Hurairah ia berkata, Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa mendatangi masjidku ini, ia tidak datang kecuali karena sesuatu yang ia pelajari atau ia ajarkan, maka ia seperti seorang mujahid fi sabillilah. Dan barang siapa mendatanginya untuk selain itu, maka ia seperti seseorang yang melihat barang milik orang lain.” (HR. Ibnu Majah no. 223)

Pelajarilah Al-Qur’an dan ajarkan kepada orang lain. Inilah sifat manusia yang dapat diharapkan kebaikannya bagi sesama.

Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda,

عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ قَالَ وَأَقْرَأَ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ فِي إِمْرَةِ عُثْمَانَ حَتَّى كَانَ الْحَجَّاجُ قَالَ وَذَاكَ الَّذِي أَقْعَدَنِي مَقْعَدِي هَذَا.

Dari Abu Abdurrahman As Sulami dari Utsman radhiallahu’anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” Abu Abdirrahman membacakan (Al-Qur’an) pada masa Utsman hingga Hajjaj pun berkata, “Dan hal itulah yang menjadikanku duduk di tempat dudukku ini.” (HR. Bukhari no. 4639, Abu Daud no. 1240, Tirmidzi no. 2832, Ibnu Majah no. 207, Ahmad no. 382)

Manusia yang paling diharapkan kebaikannya dan mereka yang paling jauh keburukannya. Rasulullah ﷺ bersabda,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَفَ عَلَى أُنَاسٍ جُلُوسٍ فَقَالَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ قَالَ فَسَكَتُوا فَقَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنَا بِخَيْرِنَا مِنْ شَرِّنَا قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.

Dari Abu Hurairah Rasulullah ﷺ berdiri di hadapan orang-orang yang sedang duduk lalu beliau bersabda, “Maukah kalian aku beritahu orang yang paling baik di antara kalian dari orang yang paling buruk di antara kalian?” Abu Hurairah berkata, Para sahabat diam, beliau mengatakan demikian sampai tiga kali, kemudian salah seorang berkata, Ya, wahai Rasulullah, beritahukan kepada kami orang yang paling baik di antara kami dari orang yang paling buruk, beliau bersabda, “Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, dan orang yang paling buruk di antara kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya.” (HR. Tirmidzi no. 2189)

Jadi, menuntut ilmu adalah bagian dari jihad. Menuntut ilmu dan mempelajari Islam dihukumi wajib. Jika ada perintah untuk berjihad di jalan Allah, maka jihad tersebut merupakan semulia-mulianya amalan. Namun menuntut ilmu itu juga diwajibkan. Bahkan, menuntut ilmu lebih didahulukan daripada jihad. Karena menuntut ilmu itu wajib, sedangkan jihad bisa jadi dianjurkan, bisa pula fardhu kifayah.

Daftar Pustaka