Edisi QR 6

Tema : Selalu Bertaqwa di Akhir Hidup

Halaman Beranda

Wajibnya Beriman Kepada Qadha’ Dan Qadar

Hadits ini menunjukkan bahwa Allah Azza Wa Jalla telah mentakdirkan nasib manusia sejak di alam rahim.

Pada hakikatnya, Allah Azza Wa Jalla  telah mentakdirkan segala sesuatu sejak 50.000 tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi.

Rasulullah ﷺ bersabda :

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ.

“Allah telah menentukan takdir bagi semua makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.

(HR. Muslim hadits no. 4797, Tirmidzi hadits no. 2082)¹

Kemudian di alam rahim, Allah Azza Wa Jalla pun memerintahkan Malaikat untuk mencatat kembali empat kalimat: rezeki, ajal, amal, sengsara atau bahagia.

Pertama: Rezeki.

Allah Azza Wa Jalla Yang Maha Pemurah telah menetapkan rezeki bagi seluruh makhluk-Nya, dan setiap makhluk tidak akan mati apabila rezekinya belum sempurna.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَمَا مِنْ دَآ بَّةٍ فِى الْاَ رْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ. ( ٦)

“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”
(QS. Hud 11: Ayat 6)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَكَاَ يِّنْ مِّنْ دَآ بَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَا ۖ اللّٰهُ يَرْزُقُهَا وَاِ يَّا كُمْ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. (٦٠)

“Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
(QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 60)

Rasulullah ﷺ bersabda :

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ.

“Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan carilah yang baik dalam mencari dunia. Sesungguhnya sebuah jiwa tidak akan mati hingga terpenuhi rezekinya meski tersendat-sendat. Bertakwalah kepada Allah Azza Wa Jalla, carilah yang baik dalam mencari dunia, ambilah yang halal dan tinggalkan yang haram.”

(HR. Ibnu Majah, hadits no. 2135)²

Nabi ﷺ telah memberikan perumpamaan tentang hal ini dengan perumpamaan yang sangat mudah dipahami dan setiap orang hendaknya dapat mengambil pelajaran darinya.

Rasulullah ﷺ bersabda :

لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا.

“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Allah Azza Wa Jalla akan memberikan kalian rizeki sebagaimana seekor burung yang mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore harinya dalam keadaan kenyang.

“(HR. Ibnu Majah hadits no. 4154, Tirmidzi hadits no. 2266).

Allah Azza Wa Jalla memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berjalan mencari ma-isyah (pekerjaan/usaha) untuk mendapatkan rezeki.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَـكُمُ الْاَ رْضَ ذَلُوْلًا فَا مْشُوْا فِيْ مَنَا كِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖ ۗ وَاِ لَيْهِ النُّشُوْرُ. (١٥)

“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahi lah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
(QS. Al-Mulk 67: Ayat 15)

Rezeki akan mengejar manusia seperti maut yang mengejarnya. Rasulullah ﷺ bersabda :

ِإِنَّ الرِِّزْقَ لَيَطْلُبُ الْعَبْدَ كَمَا يَطْلُبُهُ أَجَلُهُ.

“Sesungguhnya rezeki akan mengejar seorang hamba seperti ajal mengejarnya.”⁴

Kedua: Ajal.

Allah Azza Wa Jalla  Mahakuasa untuk menghidupkan makhluk, mematikan, dan membangkitkannya kembali. Dan setiap makhluk tidak mengetahui berapa jatah umurnya juga tidak mengetahui kapan serta di mana akan dimatikan oleh Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana firman-Nya:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَمَا كَا نَ لِنَفْسٍ اَنْ تَمُوْتَ اِلَّا بِاِ ذْنِ اللّٰهِ كِتٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ وَ مَنْ يُّرِدْ ثَوَا بَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَا ۚ وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَا بَ الْاٰ خِرَةِ نُؤْتِهٖ مِنْهَا ۗ وَسَنَجْزِى الشّٰكِرِيْنَ. (١٤٥)

“Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu, dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 145)

Ajal makhluk Allah Azza Wa Jalla sudah tercatat, tidak dapat dimajukan atau diundurkan. Allah Azza Wa Jalla berfirman:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ ۚ فَاِ ذَا جَآءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَئ۟خِرُوْنَ سَا عَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ. ( ٣٤ )

“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.”(QS. Al-A’raf 7: Ayat 34)

Ketiga: Amal

Allah Azza Wa Jalla telah mencatat amal-amal setiap makhluk-Nya, baik dan buruknya. Akan tetapi setiap makhluk Allah Azza Wa Jalla pasti akan beramal, amal baik atau pun amal buruk. Dan Allah Azza Wa Jalla dan Rasul-Nya memerintahkan para hamba-Nya untuk beramal baik.

Keempat: Celaka atau bahagia

Yang dimaksud “celaka” dalam hadits ini adalah orang yang celaka dengan dimasukkan ke Neraka, dan yang dimaksud “bahagia” adalah orang selamat dengan dimasukkan ke dalam Surga. Hal ini telah tercatat sejak manusia berusia 120 hari dan masih di dalam rahim, yaitu apakah ia akan menjadi penghuni Neraka atau ia akan menjadi penghuni Surga. Akan tetapi: “celaka” dan “bahagia” seorang hamba tergantung dari amalnya selama hidupnya.

Dan tidak ada yang mengetahui hakikat dari keempat hal tersebut. Yakni rezeki, ajal, amal, celaka dan bahagia kecuali hanya Allah Azza Wa Jalla  Yang Mahatahu. Oleh karenanya, tidak boleh bagi seorang pun enggan untuk beramal shalih dengan alasan bahwa semuanya telah ditakdirkan Allah Azza Wa Jalla. Benar, bahwa Allah Azza Wa Jalla telah mentakdirkan akhir kehidupan setiap hamba, namun Dia Yang Mahaadil dan Mahabijaksana juga menjelaskan jalan-jalan untuk mencapai kebahagiaan. Sebagaimana Allah Azza Wa Jalla Yang Maha Pemurah telah mentakdirkan rezeki bagi setiap hamba-Nya, namun Dia juga memerintahkan hamba-Nya untuk keluar dan berusaha mencari rezeki.

Apabila ada yang bertanya: “Lalu untuk apalagi kita beramal jika semuanya telah tercatat (ditakdirkan)?” Maka, Rasulullah ﷺ telah menjelaskan hal ini ketika menjawab pertanyaan seorang Sahabat. Beliau ﷺ bersabda :

اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ.

“Ber’amallah kalian, karena setiap orang akan dimudahkan kepada yang dicipta baginya. Barang siapa yang diciptakan sebagai Ahlus Sa’adah (penduduk surga), maka ia akan dimudahkan untuk mengamalkan amalan Ahlus Sa’adah. Namun, barang siapa yang diciptakan sebagai Ahlusy Syaqa` (penghuni neraka), maka ia akan dimudahkan pula untuk melakukan amalan Ahlusy Syaqa.

(HR. Bukhari hadits no.4568, Muslim, hadits no. 4787)

Kemudian beliau ﷺ membacakan ayat:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

فَاَ مَّا مَنْ اَعْطٰى وَا تَّقٰى. (٥) وَصَدَّقَ بِا لْحُسْنٰى. (٦) فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلْيُسْرٰى. (٧)وَاَ مَّا مَنْۢ بَخِلَ وَا سْتَغْنٰى. (٨) وَكَذَّبَ بِا لْحُسْنٰى. (٩) فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلْعُسْرٰى. (١٠)

“Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga), maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan), dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah), serta mendustakan (pahala) yang terbaik, maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan).”
(QS. Al-Lail 92: Ayat 5 – 10)

Orang yang beramal baik dan ikhlas, maka Allah Azza Wa Jalla akan memudahkan baginya untuk menuju Surga. Begitu pun orang yang beramal keburukan, maka Allah Azza Wa Jalla akan mudahkan baginya untuk menuju Neraka. Hal ini menunjukkan tentang sempurnanya ilmu Allah Azza Wa Jalla juga sempurnanya kekuasaan, qudrah, dan iradah Allah Azza Wa Jalla. Allah Azza Wa Jalla Mahakuasa atas segala sesuatu.

Meskipun setiap manusia telah ditentukan menjadi penghuni Surga atau menjadi penghuni Neraka, namun setiap manusia tidak dapat bergantung kepada ketetapan ini karena setiap manusia tidak ada yang mengetahui tentang apa yang dicatat di Lauhul Mahfuzh. Kewajiban setiap manusia adalah berusaha dan beramal kebaikan serta banyak memohon kepada Allah Azza Wa Jalla agar dimasukkan ke Surga.

Meskipun setiap manusia telah ditakdirkan oleh Allah Azza Wa Jalla demikian, akan tetapi Allah Azza Wa Jalla tidak berbuat zhalim terhadap hamba-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَا لِحًـا فَلِنَفْسِهٖ وَمَنْ اَسَآءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّا مٍ لِّلْعَبِيْدِ. (٤٦)

“Barang siapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-(Nya).”
(QS. Fussilat 41: Ayat 46)

Setiap manusia diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla keinginan, kehendak, dan Manusia tidak dipaksa oleh Allah Azza Wa Jalla.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

لِمَنْ شَآءَ مِنْكُمْ اَنْ يَّسْتَقِيْمَ. (٢٨) وَمَا تَشَآءُوْنَ اِلَّاۤ اَنْ يَّشَآءَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ. (٢٩)

“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang menghendaki menempuh jalan yang lurus, dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam.”
(QS. At-Takwir 81: Ayat 28 – 29)

Orang yang ditakdirkan oleh Allah Azza Wa Jalla untuk menuju Surga, maka dia pun akan dimudahkan oleh Allah Azza Wa Jalla untuk melakukan amalan-amalan shalih. Begitu juga orang yang ditakdirkan oleh Allah untuk menuju Neraka, maka dia pun dimudahkan oleh Allah Azza Wa Jalla untuk melakukan amalan-amalan kejahatan.

Diriwayatkan Oleh :

1. Shahih: HR. Muslim (no. 2653), at-Tirmidzi (no. 2156), dan Ahmad (II/169), dari Abdullah bin Amr bin al-Ash Lafazh ini milik Muslim.

2. Shahih: HR. Ibnu Majah (no.2144), Ibnu Hibban (no. 1084,1085-Mawarid), al-Hakim (II/4), dan al-Baihaqi (V/264) dari Jabir. Dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh adz-Dzahabi. Hadits ini oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah (no. 2607).

3. Hasan Shahih HR Imam Ahmad (1/30 dan 52), at-Tirmidzi (no. 2344), Ibnu Majah (no. 4164), Ibnu Hibban (no, 728-at-Ta ‘liqatul Hisan), Ibnu Mubarak di dalam kitab az Zuhd (no. 514). al-Hakim (IV/310), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no 4108), dan yang lainnya. Dari Umar Bin Khatab.  At-Tirmidzi berkata “Hasan shahih Al-Hakim juga menilai Shahih sanadaya dan disetujui oleh adz – Dzahabi. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al – Ahadits ash Shaihah (no. 310)

4. Hasan: HR. Ibnu Hibban (1087-Mawarid) dan lainnya. Dari Abu Darda. Hadits ini memiliki penguat dari Jabir yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya (no. 9779, 12169). Hadits ini dihasankan oleh syaikh al-Albani dalam Silsilah Ahadits ash-Shahihah (no. 952).

5. Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 4949) dan Muslim (no. 2647).

 

Amal mengikuti niatnya

Amal mengikuti niatnya. Amal menjadi benar karena niat yang benar dan amal menjadi rusak karena niat yang rusak.

Daftar Pustaka