Kembali ke Halaman Utama
Menutup Halaman, Tekan Tanda X di kiri Atas Halaman
Kunci Surga
Saat menghadapi ujian sekolah dulu, banyak orang yang mencari kunci-kunci jawaban ujian. Ada sebagian oknum yang kemudian membocorkan kunci jawaban dengan bayaran yang tidak murah tentunya. Namun, banyak juga orang yang mencari kunci itu dan mau membayarnya dengan harga mahal. Padahal, nilai ujian bagus tanpa disertai kemampuan yang mencukupi itu justru berbahaya. Mengapa ? Kelak, jika anak tersebut masuk sekolah unggulan karena nilainya bagus, di sekolah itu ia akan tertinggal jauh dari kawan-kawannya. la ternyata hanya memiliki kemampuan yang belum mumpuni untuk masuk di sekolah unggulan tersebut.
Sebenarnya kunci yang paling penting bagi kita ialah kunci surga. Mengapa ? Sebab, surga adalah kenikmatan yang tiada akhir. Kenikmatan surga berbeda dengan kenikmatan lulus sekolah dengan nilai yang baik, diterima sebagai pegawai negeri, atau mendapatkan jabatan tertentu yang semua itu hanya kesenangan semu. Setelah senang sesaat, akan datang berbagai macam masalah dan melelahkan. Namun, ketika seseorang sudah masuk surga, tidak ada kepayahan dan kepenatan, tidak ada azab dan siksa lagi.
Lalu, apa kunci surga itu ? Kunci surga tidak lain ialah kalimat tauhid. Barang siapa meninggal dunia dan ia mengucapkannya, maka ia masuk surga. Rasulullah ﷺ bersabda :
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ.
“Barang siapa yang akhir perkataannya (sebelum meninggal dunia) ‘LAA ILAAHA ILLALLAAH” maka ia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud Hadits No. 2709)
Dalam riwayat yang lain disebutkan sebagai berikut. “Dari Abu Dzar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا , ia berkata, ‘Aku mendatangi Rasulullah ﷺ sedang tidur mengenakan gamis berwarna putih, aku datang lagi dan beliau ﷺ sedang tidur, aku datang lagi dan beliau ﷺ sudah bangun. Lalu, aku duduk di dekatnya. Beliau ﷺ bersabda, ‘Tidaklah seseorang mengatakan Laa ilaahaillallaah kemudian ia meninggal dunia tetap berada di atas kalimat tersebut melainkan masuk surga.’ Abu Dzar berkata, ‘Meskipun ia berzina dan mencuri ?’ Beliau menjawab”Ya.”(Al-Hadits).
حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَدَّثَهُ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ ثَوْبٌ أَبْيَضُ وَهُوَ نَائِمٌ ثُمَّ أَتَيْتُهُ وَقَدْ اسْتَيْقَظَ فَقَالَ مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ قُلْتُ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قَالَ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قُلْتُ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قَالَ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قُلْتُ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قَالَ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ عَلَى رَغْمِ أَنْفِ أَبِي ذَرٍّ وَكَانَ أَبُو ذَرٍّ إِذَا حَدَّثَ بِهَذَا قَالَ وَإِنْ رَغِمَ أَنْفُ أَبِي ذَرٍّ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ هَذَا عِنْدَ الْمَوْتِ أَوْ قَبْلَهُ إِذَا تَابَ وَنَدِمَ وَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ غُفِرَ لَهُ.
Abu Dzar radhiallahu’anhu telah menceritakan kepadanya, ia berkata, “Aku pernah menemui Nabi ﷺ, sementara beliau sedang tidur sambil mengenakan baju putih, lalu aku datang menemuinya dan beliau pun terbangun, beliau bersabda, “Tidaklah seorang hamba yang mengucapkan “LAA ILAAHA ILLALLAAH” kemudian mati karena itu, melainkan ia akan masuk surga.” Tanyaku selanjutnya, “Walaupun ia berzina dan mencuri?” Beliau menjawab, “Walaupun ia pernah berzina dan mencuri.” Tanyaku lagi, “Walaupun ia pernah berzina dan mencuri?” Beliau menjawab, “Walaupun ia pernah berzina dan mencuri.” Tanyaku lagi, ‘Walaupun ia pernah berzina dan mencuri?” Beliau menjawab, “Walaupun ia pernah berzina dan mencuri meskipun Abu Dzar tidak menyukainya- Kerapkali Abu Dzar menceritakan hal ini, maka dia akan mengatakan, “Meskipun Abu Dzar tidak menyukainya. Abu Abdillah mengatakan, “Hal ini terjadi ketika seorang hamba itu meninggal atau sebelum ia meninggal, kemudian ia bertobat dan menyesali perbuatannya serta mengucapkan “LAA ILAAHA ILLALLAAH”, maka dosa-dosanya akan diampuni.” ( HR. Bukhari, Hadits No. 5379 )
Hadits tersebut bukan melegalkan seseorang untuk berzina dan mencuri, tetapi menjelaskan betapa besarnya nilai kalimat tauhid. Bahkan apabila kalimat tauhid ditimbang dengan amal seseorang, maka kalimat tauhid lebih berat. Mengapa ? Seseorang yang memiliki banyak amal, tetapi tidak bertauhid, maka amalnya akan menjadi sia-sia. Namun, seseorang yang meninggal dunia meskipun tidak memiliki amal kebaikan, jika ia membawa kalimat tauhid, hal itu akan bermanfaat baginya. Adapun dosa-dosanya, jika Allah ﷻ mengampuni, ia akan bebas dari neraka. Namun, jika Allah ﷻ tidak mengampuni, ia akan dimasukkan ke dalam neraka sepadan dengan dosa-dosa yang dikerjakannya. Jadi, jangan mentang-mentang seseorang bersyahadat, lalu berbuat dosa sesuka hatinya. Semua tetap ada perhitungannya. Hal yang pasti, jangan sampai kalimat tauhid tersebut terlepas dari diri kita hingga meninggal dunia. Allah ﷻ berfirman sebagai berikut :
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. (١٠٢)
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 102)
Kembali ke Halaman Utama
Menutup Halaman, Tekan Tanda X di kiri Atas Halaman